Kamis, 29 Mei 2008

MENJADI PASANGAN PALING BERBAHAGIA

Sebelumnya saya menulis ini terinspirasi dari buku Ustadz Cahyadi Takariawan. Walaupun saya belum menikah (Insya Allah selesai kuliah), saya sering mendengar pasangan muda yang gelisah karena setelah menikah belum memiliki rumah sehingga terpaksa tinggal di rumah kontrakan. Ada pengantin belum genap setahun usia pernikahannya, telah dibuat kacau pikiran dan jiwanya karena belum memiliki rumah sendiri yang bisa ditempati.

Buat saya pribadi, menikah itulah tempat mencurahkan rasa sayang kita terhadap pasangan. Walaupun rasa cinta itu tidak akan mengalahkan cinta kepada Allah SWT. Menikah adalah ibadah.

Semua itu merupakan bagian dari hidup yang harus kita jalani. Tidak mungkin orang hidup di dunia ini tidak diberikan oleh Allah SWT sebuah ujian. Itu semua adalah ujian. Tinggal bagaimana cara kita menghadapinya.

Untukmu yang telah menikah/ akan menikah (kek judul buku aja ya? Kapan-kapan saya posting deh..) ini ada 5 Prinsip Cantik Menghadirkan Kebahagiaan dalam Rumah Tangga.

Prinsip Pertama : Motivasi Suci.

Menikah adalah bagian dari ibadah kepada Allah SWT. Untuk itu harus dilandasi niat yang suci. Berlakulah ikhlas tehadap yang dimiliki. Keikhlasan akan melahirkan amal yang baik.

Prinsip Kedua : Bersama Allah di dalam Rumah Tangga

Sesungguhnya, kebahagiaan itu berada dalam hati yang bersih lagi cerah. Kebahagiaan itu bersumber dari kedekatan kepada Allah SWT sebab Dialah yang mampu memberikan dan menghadirkan perasaan bahagia dalam hati manusia.

Prinsip Ketiga : Orientasi Syariah

Tujuan dari Syariah adalah senantiasa berorientasi pada hadirnya kemaslahatan (kebaikan) dalam segala aspek, dengan menutup semua peluang munculnya kemudharatan.

Prinsip Keempat : Adil Itu Indah

Ketika pasangan kita libatkan dalam memutuskan, ia akan merasa dihargai keberadaannya, juga merasa dicintai. Sebaliknya, jika lebih sering kita putuskan sendiri segala sesuatunya, hal itu akan merenggangkan hubungan suami istri.

Janganlah pernah belaku semena-mena dalam rumah tangga. Suami atau istri yang berlaku semena-mena dalam rumah tangga dan menzhalimi suami/istri dengan perbuatan atau perkataan akan mengubah rasa sayang dan cinta di hati menjadi benci.

Prinsip Kelima : Musyawarah Penuh Berkah

Kunci utama bagi suami dan istri untuk menyelesaikan berbagai macam permasalahan yang muncul dan akan terus muncul dalam rumah tangga adalah musyawarah. Rasanya, tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan selama semua pihak bersedia melakukan musyawarah.






TERIMA KASIH

Permasalahan Areal Gambut

Masalah utama di areal gambut (peat) yang utama adalah sifatnya yang sangat compressible dimana lapisannya akan memiliki potensi settlement (penurunan) yang sangat besar ketika dibebani di atasnya. Semakin tebal lapisan gambutnya, semakin besar settlement yang dapat terjadi.

Gambut di Indonesia (contoh Kalimantan) merupakan salah satu daerah yang memiliki lapisan gambut yang besar di dunia (s.d 15-20m). Metode aplikatif yang dapat diterapkan berkaitan dengan konstruksi suatu struktur di atasnya akan sangat bergantung pada beberapa aspek, misalnya tebal gambut, daya dukung lapisan tanah di bawah gambut, sifat konstruksi di atasnya, dan tentu saja properties dari gambut (peat) itu sendiri.

Jika lapisan gambutnya cukup tipis, 0-2m, cara yang paling gampang adalah dengan membuang atau mengupas lapisan gambut tersebut dan menggantinya dengan material yang lebih baik. Jika kedalamannya tidak terlalu dalam (3-4m), konstruksi dengan menggunakan cerucuk kayu (dolken atau curdoray) dapat pula menjadi pilihan. Sedangkan jika lapisan gambutnya sangat dalam atau tebal, maka konstruksi dengan tiang pancang maupun dengan menggunakan material alternatif yang ringan seperti EPS (expanded polyesthyrine) dapat menjadi pilihan. Namun tentu kita harus pula memperhitungkan segi biayanya pula.

Settlement pada gambut dapat pula di percepat dengan melakukan preloading ataupun dengan menggunakan system vertical drain (PVD, sand drain, etc.). Metode aplikatif dapat dipilih jika masalahnya sesuai dan telah melakukan analisis mendalam berdasarkan soil investigation yang baik serta dengan menggunakan pendekatan yang tepat. Saat ini telah banyak software yang dikembangkan untuk dapat memperhitungkan besarnya dan lamanya settelemnt yang akan terjadi berdasarkan karakteristik lapisan gambut setempat

Untuk areal gambut luas yang akan dijadikan konstruksi jalan, biasanya dengan cara memperbaiki areal tersebut dengan cara dikupas atau digali kemudian galian tersebut diisi dengan lapisan tanah atau pasir yang lebih baik, dimana tanah yang telah diganti tersebut dipampatkan dengan diberi beban diatasnya berupa tumpukan pasir atau tanah selama jangka waktu tertentu.

Untuk mempercepat pemampatan lapisan tanah, ada beberapa cara yang dilakukan yaitu ada yang menggunakan tiang pasir (vertical sand drain, contohnya pada proyek EXOR I di Balongan) yang dipasang pada setiap jarak tertentu dan ada juga yang menggunakan sejenis bahan sintetis yang dipasang vertical juga yang jaraknya tergantung kebutuhan (biasanya sekitar 1 ) yang dikenal dengan nama vertical wick drain.

Penggunaan vertical wick drain ada juga yang ditambah dengan bantuan pompa vakum untuk mempercepat proses pemampatan tanah. Semua hal ini dilakukan untuk mengeluarkan air dan udara yang mengisi pori-pori pada lapisan tanah. Proses pemampatan tanah ini ada juga yang menggunakan sistem yang disebut dynamic consolidation yaitu dengan cara menjatuhkan beban yang berat kelapisan tanah yang akan dipampatkan (system ini contohnya dipakai pada proyek Kansai airport di Jepang dan Nice airport di Perancis yang mana arealnya berupa areal reklamasi).

Untuk areal yang tidak luas, pondasi untuk equipment, ada yang langsung membangun pondasinya (contohnya pondasi cakar ayam), yang mana setelah pondasinya terpasang baru kemudian diberi beban diatasnya berupa tumpukan pasir atau tanah supaya terjadi pemampatan sampai yang diinginkan baru kemudian dibangun konstruksi jalan yang ingin dipasang diatasnya. Cara yang murah adalah dengan memakai dolken atau bambu berukuran diameter sekitar 8 cm dan panjang antara 4 s.d 6 meter yang dipancang dengan jarak tergantung kebutuhan (biasanya sekitar 30-40cm).

Sistem Pondasi untuk tanah lunak menggunakan metoda raft foundation (Pondasi Rakit) yaitu Pondasi Sarang Laba-Laba. Pondasi sarang laba-laba ini pada dasarnya bertujuan untuk memperlakukan sistem pondasi itu sendiri dalam berinteraksi dengan tanah pendukungnya.

Semakin fleksibel suatu pondasi (Pondasi Dangkal), maka semakin tidak merata stress tanah yang timbul, sehingga terjadi konsentrasi tegangan di daerah beban terpusat. Sebaliknya semakin kaku pondasi tersebut, maka akan semakin terdistribusi merata tegangan tanah yang terjadi yang dengan sendirinya effective contact area pondasi tersebut akan semakin besar dan tegangannya akan semakin kecil.

Pondasi sarang laba-laba ini memiliki kedalaman antara 1 s/d 1.5 meter, dan terdiri dari pelat rib vertical yang berbentuk segitiga satu sama lainnya. Di antara ruang segitiga tersebut akan diisi material tanah pasir yang dipadatkan (bisa sirtu). Selanjutnya di atas pelat tersebut akan di cor pelat beton dengan tebal 150 s atau d 200 mm. Konstruksinya cukup sederhana dan cepat dilaksanakan serta ekonomis.

Cara lain yang selama ini dipakai pada pembuatan jalan adalah pemakaian
kanoppel atau galar kayu sebagai perkuatan tanah dasar pada pembuatan jalan
diatas tanah gambut cukup besar. Banyaknya pembangunan jalan yang selama ini dikerjakan dengan memakai kanoppel tidak lepas dari pertimbangan ekonomis mengingat fungsi jalan raya selalu berkaitan dengan dimensi panjang yang melibatkan bahan perkerasan dengan jumlah yang cukup banyak.

Adanya alternatif lain untuk meningkatkan perkuatan tanah dasar yaitu
dengan pemakaian geotextile dapat memberikan pertimbangan lain secara
ekonomis dan struktur. Geotextile merupakan suatu bahan geosintetik yang
berupa lembaran serat sintetis tenunan dan tambahan bahan anti ultraviolet.
Geotextile ini mempunyai berat sendiri yang relatif ringan dan dapat diabaikan,
akan tetapi mempunyai kekuatan tarik yang cukup besar untuk menerima beban diatasnya.

Keunikan utama geotextile adalah konsistensi kualitas sebagai produk industri permanen dan sangat kompetitif dalam harganya, namun relatif mudah
dan murah penerapannnya untuk perkuatan tanah dasar, serta hasil akhir yang
memiliki kelebihan antara lain:

· Menjaga penurunan tanah dasar yang lebih seragam.

· Meningkatkan kekuatan tanah dasar dan memperpanjang umur sistem.

· Mengurangi ketebalan agregat yang dibutuhkan untuk menstabilkan tanah dasar.

Pemakaian kanoppel dan geotextile ini diharapkan akan memberikan
keuntungan antara lain :

· Memberikan lantai kerja bagi kendaraan konstruksi untuk pelaksanaan penimbunan selanjutnya.

· Mencegah kontaminasi dan kehilangan material timbunan.

· Mengurangi volume material timbunan dan biaya.

Dari beberapa pengamatan yang menyimpulkan secara kasar bahwa biaya
awal geotextile lebih tinggi dibandingkan dengan pemakain kanoppel atau galar kayu.



TERIMA KASIH

Rabu, 28 Mei 2008

STABILITAS LERENG UNTUK TANAH C-Ф CARA PIAS DENGAN FAKTOR GEMPA

A. PENDAHULUAN

Metode Irisan merupakan metode yang paling sering digunakan dalam analisis kestabilan lereng. Kelebihan utama dari metode irisan adalah mudah dipahami serta membutuhkan data yang relatif sedikit dibandingkan dengan metode yang lainnya. Metode irisan juga telah teruji kehandalannya selama puluhan tahun.

Metode irisan merupakan metode yang sangat populer dalam analisa kestabilan lereng. Metode ini telah terbukti sangat berguna dan dapat diandalkan dalam praktek rekayasa serta membutuhkan data yang relatif sedikit dibandingkan dengan metode lainnya, seperti metode elemen hingga (finite element), metode beda hingga (finite difference) atau metode elemen diskrit (discrete element).

Gaya-gaya gravitasi dan rembesan cenderung menyebabkan ketidakstabilan pada lereng alami, pada lereng yang dibentuk dengan cara penggalian, dan pada lereng tanggul serta bendungan tanah. Dalam kelongsoran rotasi bentuk permukaan runtuh pada potongannya dapat berupa lingkaran atau kurva lingkaran. Pada umumnya, kelongsoran lingkaran berhubungan dengan kondisi tanah yang homogen dan kelongsoran bukan lingkaran berhubungan dengan kondisi tidak homogen.

Kelongsoran translasi dan kelongsoran gabungan terjadi bila bentuk permukaan runtuh dipengaruhi oleh adanya kekuatan geser yang berbeda pada lapisan tanah yang berbatasan berada pada kedalaman yang relative dangkal di bawah permukaan lereng, dimana permukaan runtuhnya akan berbentuk bidang dan hampir sejajar dengan lereng.

Kelongsoran gabungan biasanya terjadi bila lapisan tanah yang berbatasan berada pada kedalaman yang lebih besar, dan permukaan runtuhnya terdiri dari bagian-bagian lengkung dan bidang. Analisis stabilitas tanah pada permukaan yang miring biasanya disebut dengan analisis stabilitas lereng. Umumnya, analisis stabilitas dilakukan untuk mengecek keamanan dari lereng alam, lereng galian, dan lereng urugan tanah.

Dalarn bidang geoteknik, untuk menyatakan lereng aman terhadap terjadinya longsoran, dilakukan analisis dengan pendekatan model matematik dua dimensi untuk berbagai bentuk bidang longsor datar, lengkung (lingkaran), atau kombinasi ke duanya. Dalarn analisis ini umumnya dicari besarnya angka aman (factor of safety‑FOS) yang merupakan fungsi tegangan geser (T).

Pendekatan yang digunakan dalarn metode ini adalah keseimbangan batas, dan bentuk bidang longsor dalam dua dimensi, namun lereng tanah perlu dipertimbangkan sebagai suatu sistem tidak jenuh air sampai dengan jenuh air. Letak muka air tanah (phreatic water surface) di daerah perbukitan umumnya dalarn atau dangkal, sehingga kondisi tanah pada waktu‑waktu tertentu kering (musim kemarau) dan di waktu musim hujan, tanah menjadi jenuh air. Di awal musim hujan, kondisi tanah sebagian pori tanah terisi air atau dalam kondisi tidak jenuh air.

Analisis stabilitas lereng tidak mudah karena terdapat banyak faktor yang sangat memepengaruhi hasil hitungannya. Faktor-faktor tersebut misalnya, kondisi tanah yang berlapis-lapis, kuat geser tanah yang anisotropis, aliran rembesan air dalam tanah dan lain-lainnya.

Terzaghi (1950) membagi penyebab longsoran lereng terdiri dari akibat pengaruh dalam dan pengaruh luar. Pengaruh luar,yaitu pengaruh yang menyebabkan bertambahnya gaya geser dengan tanpa adanya perubahan kuat geser dari tanahnya. Contoh, akibat perbuatan manusia mempertajam kemiringan tebing atau memperdalam galian tanah dan erosi sungai. Pengaruh dalam, yaitu longsoran yang terjadi dengan tanpa perubahan kondisi luar atau gempa bumi. Contoh yang umum untuk kondisi ini adalah pengaruh bertambahnya tekanan air pori di dalam lerengnya.

Ide untuk membagi massa di atas bidang runtuh ke dalam sejumlah irisan telah digunakan sejak awal abad 20. Pada tahun 1916, Peterson melakukan analisis kestabilan lereng pada beberapa dinding dermaga di Gothenberg, Swedia, dimana bidang runtuh dianggap berbentuk sebuah busur lingkaran dan kemudian massa di atas bidang runtuh dibagi ke dalam sejumlah irisan vertikal.

Dua puluh tahun kemudian, Fellenius (1936) memperkenalkan metode irisan biasa. Setelah itu muncul beberapa metode irisan lainnya, antara lain yang dikembangkan oleh: Janbu (1954, 1957); Bishop (1955); Morgenstern dan Price (1965); Spencer (1967); Sarma (1973, 1979); Fredlund dan Krahn (1977), Fredlund, dkk (1981); Chen dan Morgenstern (1983); Zhu, Lee dan Jiang (2003).

Selain itu, jenis tanah merupakan parameter yang harus dipertimbangkan pula, berhubungan dengan sifat fisis dan mekanis tanah akibat pengaruh air.

B. DASAR TEORI

Semua metode irisan menyatakan kondisi kestabilan suatu lereng dinyatakan dalam suatu indeks yang disebut faktor keamanan (F), yang didefinisikan sebagai berikut:


Faktor keamanan diasumsikan mempunyai nilai yang sama untuk setiap irisan.

Kekuatan geser material yang tersedia untuk menahan material sehingga lereng tidak longsor dinyatakan dalam kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb sebagai berikut:

W = Berat total irisan.

N = Gaya normal total pada dasar irisan.

S = Gaya geser pada dasar irisan yang diperlukan agar irisan berada dalam kondisi tepat setimbang.

E = Gaya antar-irisan horisontal; tik bawah L dan R menunjukkan masing-masing untuk sebelah kiri dan kanan dari irisan.

X = Gaya antar-irisan vertikal; tikbawah L dan R menunjukkan masing-masing untuk sebelah kiri dan kanan dari irisan.

kW = Gaya seismik horisontal yang bekerja pada pusat massa irisan, dimana k adalah koefisien seismik.

R = Radius lingkaran untuk bidang runtuh busur lingkaran; atau lengan momen dari gaya geser sm terdapat pusat momen untuk bidang runtuh yang bukan busur lingkaran.

f = Jarak tegak lurus dari gaya normal N terhadap pusat momen.

x = Jarak horisontal dari pusat massa irisan terhadap pusat momen.

e = Jarak vertikal dari pusat massa irisan terhadap pusat momen.

h = Tinggi rata-rata irisan

b = Lebar irisan

b = Panjang dasar irisan [b = b sec a]

a = Jarak vertikal dari gaya hidrostatik terhadap pusat momen.

A = Gaya hidrostatik pada retakan tarik

a = Sudut kemiringan dari garis singgung pada titik di tengah dasar irisan terhadap bidang horisontal. Sudut kemiringan bernilai positif apabila searah dengan kemiringan lereng, dan bernilai negatif apabila berlawanan arah dengan kemiringan lereng.

Berdasarkan kondisi kesetimbangan yang dapat dipenuhi, metode irisan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori.

1. Metode yang tidak memenuhi semua kondisi kesetimbangan gaya dan momen, antara lain yaitu metode irisan biasa, metode Bishop yang disederhanakan, metode Janbu yang disederhanakan, dan metode Corps of Engineer.

2. Metode yang memenuhi semua kondisi kesetimbangan gaya dan momen, antara lain yaitu Metode Spencer, Metode Morgenstern-Price dan Metode Kesetimbangan Batas Umum.

Analisis stabilitas lereng adalah untuk menentukan faktor aman dari bidang longsor yang potensial. Dalam analisis stabilitas lereng, beberapa anggapan telah dibuat, yaitu:

1) Kelongosoran lereng terjadi di sepanjang permukaan bidang longsor tertentu dan dapat dianggap sebagai masalah bidang 2 dimensi

2) Massa tanah yang longsor dianggap berupa benda yang masif

3) Tahanan geser dari massa tanah pada setiap titik sepanjang bidang longsor tidak tergantung dari orientasi permukaan longsoran, atau dengan kata lain kuat geser tanah dianggap isotropis

4) Faktor aman didefenisikan dengan memperhatikan tegangan geser rata-rata sepanjang bidang longsor yang potensial dan kuat geser tanah rata-rata sepanjang permukaan longsoran.Jadi kuat geser tanah mungkin terlampaui dui titik-titik tertentu pada bidang longsornya, padahal faktor aman hasil hitungan lebih besar 1. Lereng dianggap stabil jika faktor amannya memenuhi syarat yang ditentukan, yaitu:

v F≥ 1.5 berarti tanpa gempa

v F≥ 1.2 berarti ada gempa


Faktor aman didefenisikan sebagai nilai banding antara gaya yang menahan dan gaya yang menggerakkan.


Bahan ini masih banyak kekurangannya. Mudah2an bermanfaat buat kita semua.

TERIMA KASIH

Selasa, 13 Mei 2008

BETON MUTU TINGGI

Beton adalah campuran antara semen portland atau semen yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan membentuk masa padat. Beton adalah suatu bahan yang mempunyai kekuatan yang tinggi terhadap tekan, tetapi sebaliknya mempunyai kekuatan relative sangat rendah terhadap tarik.
Beton tidak selamanya bekerja secara efektif didalam penampang-penampang struktur beton bertulang, hanya bagian tertekan saja yang efektif bekerja, sedangkan bagian beton yang retak dibagian yang tertarik tidak bekerja efektif dan hanya merupakan beban mati yang tidak bermanfaat.

Hal inilah yang menyebabkan tidak dapatnya diciptakan srtuktur-struktur beton bertulang dengan bentang yang panjang secara ekonomis, karena terlalu banyak beban mati yang tidak efektif. Disampimg itu, retak-retak disekitar baja tulangan bisa berbahaya bagi struktur karena merupakan tempat meresapnya air dan udara luar kedalam baja tulangan sehingga terjadi karatan. Putusnya baja tulangan akibat karatan fatal akibatnya bagi struktur.

Kemajuan dalam rekayasa teknik sipil saat ini telah menjangkau pada era teknologi beton mutu tinggi (high strength concrete). Dengan adanya beton mutu tinggi memungkinkan untuk mendesain suatu elemen struktur dengan dimensi yang lebih kecil pada elemen gedung bertingkat sehingga secara ekonomis akan menguntungkan karena berat struktur lebih ringan. Beton ringan struktur adalah beton yang mengandung agregat ringan yang mempunyai berat isi tidak lebih dari 1900 kg/m3.

Setelah penemuan bahan semen dalam tahun 1824, beton bertulang mulai dikembangkan dalam tahun 1892, beton prategang mulai dikembangkan dalam tahun 1945, dan sekarang teknologi beton sebagai batu buatan dari semen berkembang sampai beton mutu tinggi.

Kerusakan dini dari struktur beton terutama disebabkan oleh kapur semen yang bebas. Masalah ini dapat ditanggulangi dengan penggunaan pozolan pada setiap pekerjaan pembetonan. Dengan demikian biaya pembangunan tidak bertambah tetapi produk beton akan lebih kuat dan awet.

Beton mutu tinggi memanfaatkan abu terbang yang berasal dari limbah tanur batu bara sebagai pozolan dalam pembetonan. Kinerja beton segar yang mudah dikerjakan dan kinerja beton mengeras yang lebih kuat dan padat, adalah hasil kerjasama pozolan yang mengikat kapur semen menjadi batu semen dalam mengisi pori-pori beton.

Penerapan beton mutu tinggi dalam pabrikasi beton prategang pracetak menghemat 20% berat beton. Keuntungan tersebut diperoleh dari peningkatan kekuatan beton terhadap kekuatan mutu standar, yang menghasilkan perpanjangan bentang pada ukuran standar. Beton mutu tinggi sebaiknya dilaksanakan di pabrik dan bukan di lapangan mengingat pengendalian mutu di pabrik akan lebih terjamin.

Beton mutu tinggi merupakan beton dengan tipe minimal K-300 karena mempunyai sifat penyusutan dan rangkak yang rendah, mempunyai modulus elastisitas dan modulus tekan yang tinggi serta dapat menerima tegangan yang lebih besar. Sifat-sifat ini sangat penting untuk menghindarkan kehilangan tegangan yang cukup besar akibat sifat-sifat beton tersebut.


TERIMA KASIH.

Senin, 12 Mei 2008

CARA PERHITUNGAN PASUT LAUT DENGAN METODE ADMIRALTY

Ini saya publikasikan karena mengingat sulitnya untuk mendapatkan angka menghitung pasut laut dengan metoda Admiralty. Mudah-mudahan bermanfaat ya buat kita semua.

Metode perhitungan pasang surut laut dengan menggunakan metode admiralty adalah perhitungan untuk menentukan Muka Laut Rata-rata (MLR).
Tahap-Tahap Perhitungan untuk menentukan MLR:
1. Penyusunan Skema 1
Pada tahap ini akan diperoleh nilai bacaan tertinggi yang menunjukkan kedudukan air tertinggi dan nilai bacaan terendah yang menunjukkan kedudukan air terendah yang disusun pada Tabel 1 yang disusun berdasarkan tanggal pengamatan dan tanggal standar GMT.

2. Penyusunan Skema 2
Pada tahap ini ditentukan bacaan (+) dan (-) untuk nilai X1, Y1, X2, Y2, X4 dan Y4 dalam skema 2. Pada penyusunan skema 2 ini, Tabel yang digunakan adalah Tabel 1, Tabel 2, Tabel 3 dan Tabel 4.
Untuk mendapatkan nilai pada Tabel 3 diperoleh dari nilai pada Tabel 2 dengan pengamatan dari Tabel 1.

3. Penyusunan Skema 3
Kolom pada skema 3 berisi penjumlahan aljabar Tabel 2. Jumlah dari nilai (-) dari tiap-tiap X1, Y1, X2, Y2, X4 dan Y4 dari Tabel 2 harus ditambah dengan nilai B (kelipatan 100) atau nilai 1000 jika masih (-) sehingga menjadi (+) yang disusun pada Tabel 5.

4. Penyusunan Skema 4
Pada penyusunan skema 4 digunakan kolom-kolom pada Tabel 6 yang dikalikan dengan nilai (+) dari Tabel 5. Pada penyusunan skema 4 ini tergantung pada lama pengamatan (29 piantan atau 15 piantan) yang berguna untuk menentukan nilai:
a. Besaran Xoo
Besaran ini diperoleh dengan menjumlahkan nilai dari Xo.
b. Besaran X10 dan Y10
Diperoleh dengan menjumlahkan nilai jumlah X1 atau Y1 dengan nilai -15(B) dimana B adalah 2000 dan 1000.
c. Besaran X12 dan Y12 (pada Tabel 6)
Merupakan penjumlahan nilai pada kolom 2 dengan nilai pengamatan.
d. Besaran X1b dan Y1b (pada Tabel 6)
Merupakan pengalian konstanta pada kolom b dengan nilai pengamatan.
e. Besaran X13 dan Y13 (pada Tabel 6)
Merupakan pengalian konstanta pada kolom 3 Tabel 6 dengan harga pengamatan pada Tabel 1.

5. Penyusunan Skema 5
Pada penyusunan skema 5 ini diperlukan konfirmasi dari Tabel 30 (untuk 29 piantan) dan Tabel 31 (15 piantan). Perhitungannya diperlukan data dari skema 4 pada Tabel 29 yaitu hasil perhitungan harga X dan Y indeks ke-2 dari skema 4. Pada Tabel ini terdiri dari 10 kolom.
Perhitungan kolom-kolom:
a. Kolom 1
Pada kolom 1 ditulis nilai-nilai dari Xoo, X10, (X12-Y1b), (X13-Y1b), X20, (X22-Y2b), (X23-Y2c), (X42-Y4b) dan (X44-Y4d).
b. Kolom 2 s/d 9
Kolom ini terdiri dari:
- So, M2, S2, N2, K1, O1, M4, dan MS4 diperoleh dari Tabel 31 yang dikali dengan nilai yang telah ditentukan sebelumnya. Lalu masing-masing kolom dijumlahkan ke bawah.

6. Penyusunan Skema 6
Pada penyusunan skema 6 ini diperlukan konfirmasi dari Tabel 32, namun tetap diperhatikan pemakaian dari Tabel 30 dan 31. Data yang dibutuhkan juga berasal dari Tabel 29. Pada Tabel ini terdiri dari 10 kolom.
Perhitungan kolom-kolom:
a. Kolom 1
Pada kolom 1 Tabel 32 ditulis nilai-nilai dari X10, (X12+Y1b), (X13+Y1b), X20, (X22+Y2b), (X23+Y2c), (X42+Y4b) dan (X44+Y4d).
b. Kolom 2 s/d 9
Kolom ini terdiri dari:
- So, M2, S2, N2, K1, O1, M4, dan MS4 diperoleh dari Tabel 31 yang dikali dengan nilai yang telah ditentukan sebelumnya. Lalu masing-masing kolom dijumlahkan ke bawah.
Hubungan antara konstanta pasut yan diperoleh dengan W, f, V, u, λ dan g.
1) Besaran W untuk M2, O2 dan M4
W.M2 = W.O1 = W.M4 = 0
2) Besaran f, V dan u untuk S2
f. S2 = 1
V. S2 = 0
u. S2 = 0
3) Besaran f dan u untuk N2 dan MS4
f. N2 = f. MS4 = f. M2
u. N2 = u. MS4 = u. M2
4) Besaran f, V dan u untuk S2
f.M4 = (f. M2)2
V.M4 = (V.M2) * 2
u.M4 = (u.M2) * 2
5) Besaran V, MS4
V.MS4 = V.M2
6) Besaran A dan g untuk K2
A.K2 = (A.S2) * (0.27)
g.K2 = g.S2
7) Besaran A dan g untuk P1
A.P1 = (A.K1) * (0.33)
g.P1 = g. K1

7. Penyusunan Skema 7
a. Menghitung PR cos r (baris ke-1)
Dilakukan dengan menjumlahkan nilai pada kolom dari 1-9 yang ada di skema 5 Tabel 32.
b. Menghitung PR sin r (baris ke-2)
Dilakukan dengan menjumlahkan nilai pada kolom dari 1-9 yang ada di skema 6. Outputnya berada di Tabel 35 baris ke-2.
c. Menghitung PR (baris ke-3)
Terdapat pada kolom VII yang dihitung dengan persamaan:
(PR)2 = (PR cos r)2 + (PR sin r)2
d. Menentukan besaran p (baris ke-4)
Didapat dengan menggunakan Tabel 31 dengan 15 piantan. Output nilai terdapat pada skema 7 Tabel 35 baris ke-4.
e. Menentukan besaran f (baris ke-5)
Diperoleh dengan cara menginterpolasikan nilai yang berada pada waktu menengah pengamatan pada Tabel 39. Besaran yang diperoleh diisikan pada baris ke-5 Tabel 35.
f. Menentukan harga V’ (baris ke-6)
Harga dari V’ ini diperoleh dari nilai yang terdapat pada tahun waktu menengah Tabel 40.
g. Menentukan harga V” (baris ke-7)
Harga dari V” ini diperoleh dari nilai yang terdapat pada bulan waktu menengah Tabel 41.
h. Menentukan harga V”’ (baris ke-8)
Harga dari V” ini diperoleh dari nilai yang terdapat pada tanggal waktu menengah Tabel 42.
i. Menentukan V (baris ke-9)
Untuk mendapatkan nilai V pada masing-masing kolom diperoleh dengan cara melakukan perhitungan:
V(M2) = V’(M2) + V”(M2)+V’’’(M2)
V(S2) = 0
V(N2) = V’(N2) + V”(N2)+V’’’(N2)
V(K1) = V’(K1) + V”(K1)+V’’’(K1)
V(O1) = V’(O1) + V”(O1)+V’’’(O1)
V(M4) = 2* V(M2)
V(MS4) = V(M2)
j. Menentukan harga u (baris ke-10)
Diperoleh dengan menggunakan Tabel 43 berdasarkan interpolasi waktu menengah untuk M2, K1 dan O1. Sedangkan untuk kolom yang lainnya diperoleh dengan melakukan perhitungan:
u(M4) = 2* 4(M2)
u(N2) = u(M2)
u(MS4) = u(M2)
V(S2) = 0
k. Menentukan harga p (baris ke-11)
Diperoleh melalui Tabel 31.
l. Menentukan harga r (baris ke-12)
Harga dari r diperoleh melalui PR cos r atau PR sin r.
Sehingga tg r = (PR sin r)/(PR cos r)
m. Menentukan harga (1+W) dan w (baris ke-13)
Untuk menentukan harga (1+W) dan w dari tiap kolom maka digunakan perhitungan:
- (V(K1) + u (K1))  tentukan harga W/f melalui Tabel 41 untuk MS4 dan S2  nilai f untuk K2 diperoleh melalui Tabel 44.
- 2V(K1) + u (K1)  tentukan harga wf dan W/f melalui tabel 44 untuk K1.
- 3V(M2) – 2V(N2)  tentukan harga w dan 1+W melalui tabel 44 untuk N2.
n. Menentukan besaran g (baris ke-14)
Untuk mendapatkan nilai dari g dperoleh melalui persamaan:
g = V + u + w + p + r
Persamaan ini berlaku untuk keseluruhan kolom (1-10) dengan tambahan K1.
o. Menentukan kelipatan 360o (baris ke-15)
Adalah kelipatan 360o dari nilai g.
p. Menentukan amplitudo (baris ke-16)
Untuk amplitudo masing-masing kolom berlaku rumus:
A = PR : (P.f. (1+W))
A(So) = PR(So):P(So)
A(M2) = PR(M2):P(M2)
Khusus untuk kolom K2 dan P1:
A(K2) = A(S¬2) * (0.27)
A(P1) = A(K¬1) * (0.33)
q. Menentukan besaran go pada kolom terakhir (baris ke-17)
Untuk menentukan besaran go ditentukan dengan persamaan:
go = g (perhitungan dari 0) – (kelipatan 360)

Komentar Facebook Anda

My Latest Post

I WANT THIS!!!

I WANT THIS!!!
Help Me to be JAZZY

I'm Yours JASON MRAZ

Winamp Player