Dalam melaksanakan konstruksi bangunan gedung, terutama pembangunan sebuah gedung masjid sebagai tempat ibadah yang harus diperhatikan adalah perencanaan beban-beban yang akan bekerja pada plat lantai, kolom maupun balok.
Berbeda dengan bangunan kantor dan lainnya, sebuah bangunan mesjid haruslah memiliki safety factor yang lebih besar. Sebagai contoh:
Sedangkan untuk melaksanakan pekerjaan harus dimulai dengan pelaksanaan konstruksi pondasi hingga ke struktur atap. Gambar pra desain yang diperoleh tanpa perhitungan konstruksi total tidak dapat dijadikan acuan untuk melaksanakan pekerjaan karena belum mengacu pada dimensi yang diperlukan sebenarnya.
Berbeda dengan bangunan kantor dan lainnya, sebuah bangunan mesjid haruslah memiliki safety factor yang lebih besar. Sebagai contoh:
- Untuk perencanaan beban hidup pada plat lantai mesjid disyaratkan minimal 400 kg/m2 sedangkan untuk bangunan kantor hanya 250 kg/m2.
- Penggunaan koefisien reduksi beban hidup untuk balok, kolom dan portal pada mesjid sebesar 0,90 sedangkan pada bangunan kantor hanya 0,60
- Penggunaan koefisien reduksi beban hidup untuk tinjauan efek gempa pada mesjid sebesar 0,50 sedangkan pada bangunan kantor hanya 0,30
Sedangkan untuk melaksanakan pekerjaan harus dimulai dengan pelaksanaan konstruksi pondasi hingga ke struktur atap. Gambar pra desain yang diperoleh tanpa perhitungan konstruksi total tidak dapat dijadikan acuan untuk melaksanakan pekerjaan karena belum mengacu pada dimensi yang diperlukan sebenarnya.